Dalam hiruk-pikuk media digital, setiap detik kita dihujani informasi. Sebuah broadcast message masuk, sebuah postingan viral di media sosial, sebuah narasi yang memanas. Tanpa pikir panjang, jempol refleks menekan “share”. Tahukah Anda, dalam ajaran Islam yang mulia, tindakan menyebarkan informasi tanpa klarifikasi bukanlah kelalaian biasa, melainkan sebuah dosa yang disebut ifk
(menyebarkan kabar buruk) dan dekat dengan sifat namimah
(mengadu domba). Saatnya kita melawan hoaks dengan senjata paling ampuh yang diajarkan Rasulullah SAW: Verifikasi Ala Islam atau TABAYYUN
.
Mengapa Hoaks itu Masalah Akidah, Bukan Sekedar Salah Share?
Banyak yang menganggap menyebar hoaks adalah kesalahan teknis. “Ah, saya cuma share kok, niatnya baik.” Dalam Islam, niat baik harus dibarengi dengan tindakan yang benar.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 6, yang menjadi landasan utama:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فََتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya. Agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini sangat jelas dan relevan secara menakjubkan dengan zaman now. “Seseorang yang fasik” hari ini bisa berarti akun anonim, bot, atau sumber yang tidak jelas kredibilitasnya. “Membawa suatu berita” adalah pesan berantai, status, atau video yang kita terima.
Perintah “fa tabayyanu” (maka telitilah) adalah perintah agama, bukan sekedar saran etika berinternet. Menyelidiki kebenaran sebuah informasi adalah kewajiban (wajib) sebelum kita memutuskan untuk mempercayai atau menyebarkannya.
Apa yang terjadi jika kita abai?
Kita berpotensi “mencelakakan suatu kaum karena kebodohan.” Bayangkan:
- Menyebar hoaks tentang produk halal sebuah UMKM hingga bangkrut.
- Menyebar fitnah yang memecah belah ukhuwah Islamiyah di grup kajian.
- Menyebabkan kepanikan massal dengan info kesehatan yang salah.
- Ini semua adalah “mencelakakan” dan dosanya akan kita tanggung.
Praktik Tabayyun di Zaman Digital: Bukan Sulit, Ini Ibadah
Rasulullah SAW tidak hidup di era TikTok, namun teladan beliau sangat aplikatif. Berikut panduan “Tabayyun Tech” ala Muslim:
- Cek Sumber (
Tsiqah
): Apakah informasi berasal dari sumber yang terpercaya (tsiqah)? Seorang ulama mengatakan, “Siapa yang menyampaikan hadits kepadamu?” Hari ini, tanyakan: “Siapa pemilik akun ini? Apakah ia ahli di bidangnya? Atau hanya akun penyebar emosi?” - Jangan Terburu-buru (
La Ta'jil
): Jangan langsung share hanya karena judulnya sensasional atau cocok dengan prasangka kita. Rasulullah bersabda, “Cukuplah seseorang dikatakan pendusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar.” (HR. Muslim). Hanya karena kita bisa share, bukan berarti kita harus share. - Cari Konfirmasi (
Tawatssuq
): Gunakan teknologi untuk verifikasi! Cek fakta di situs resmi seperti:
Turnbackhoax.id
Cekfakta.com
Liputan6.com/cek-fakta
Situs resmi pemerintah terkait (Kominfo, Kemenkes, dll).
Mencari konfirmasi dengan teknologi adalah bagian dari ittiba’ as-sunnah (mengikuti sunnah) di abad modern. - Niatkan untuk Kebaikan (
Ikhlas
): Niatkan bahwa kita verifikasi informasi untuk menjaga umat dari kesesatan, menjaga persatuan, dan menjalankan perintah Allah. Dengan niat ini, aktivitas clickbait dan scroll kita bisa bernilai ibadah. - Diam jika Ragu (
Al-Hifzh 'alal Lisaan
): Jika setelah dicek masih ragu-ragu, maka diam adalah emas. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari & Muslim). Diam lebih mulia daripada menyebarkan keraguan.
Viralkan Kebaikan, Bukan Keburukan
Algoritma media sosial dirancang untuk engagement, entah itu kebaikan atau keburukan. Tugas kitalah sebagai Muslim untuk membanjiri timeline dengan konten yang tsiqah
(terpercaya) dan manfa'ah
(bermanfaat). Sebelum menekan tombol SHARE, berhenti sejenak dan tanyakan pada hati:
“Sudahkah saya tabayyun?”
“Apakah sumbernya jelas?”
“Apakah ini tidak mencelakakan orang lain?”
“Apakah ini akan mendatangkan pahala atau dosa bagi saya?”
Kesimpulan
Menyebar hoaks bukanlah tindakan yang ringan. Ia adalah penyakit hati yang merusak individu dan masyarakat. Verifikasi ala Islam (Tabayyun
) adalah tameng iman di medan perang informasi. Ia adalah bentuk kecerdasan spiritual dan intelektual seorang Muslim.
Mari jadikan jempol kita sebagai alat jihad melawan kebodohan. Share hanya yang sudah diverifikasi. Viralkan kebaikan, hentikan hoaks. Karena melawan hoaks bukan hanya tugas jurnalis, tapi kewajiban setiap Muslim yang beriman.
Artikel ini disusun oleh Tim Redaksi Okatoverse – Education, berdasarkan riset dan referensi terpercaya.